Artikel Utama
25 Januari 2022
Catatan ke-34: Faktor keturunan yang 10% itu ternyata menjadi salah satu penentu DM
23 Januari 2022
Catatan ke-33: Advice dokter spesialis jantung, teman satu kos waktu SMA
- DM itu hanya salah satu penyebab dari gangguan kesehatan, karena jika dilihat secara komprehensif, kegagalan organ vital dapat disebabkan oleh hal selain DM
- Memang DM merupakan "mother of disease", namun demikian saya tidak boleh abai dengan penyebab lainnya, seperti profil kolesterol yang buruk, serta keseimbangan enzim dan hormon sebagai penyokong sistem metabolisme tubuh
- Pengelolaan stress merupakan satu hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga keseimbangan metabolisme.
- Diet terbaik (menurut) saya adalah diet dengan komposisi nutrisi yang cukup dan seimbang, serta harus dapat dilakukan dalam JANGKA PANJANG.
Catatan ke-32: Transformasi
16 Januari 2022
Catatan ke-29: Video yang merubah mindset saya
- Infeksi telinga kanan selama 1 tahunan, mulai awal 2020
- Caries (pengeroposan) gigi geraham kiri atas selama 3 bulan
- Sering pipis dan selalu haus
- Sering masuk angin (2-3 kali seminggu selalu blonyohan/kerokan minyak GPU)
- Tidak fokus dalam berfikir
- Makan banyak tapi BB turun
“Peran aktivitas fisik harus diperhatikan. Peningkatan aktivitas fisik harian menyebabkan penurunan "fatty liver” (43), dan satu jenis olahraga secara substansial menurunkan lipogenesis de novo (39) dan VLDL (very low density lipoprotein) plasma (92). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrol kalori yang dikombinasikan dengan olahraga jauh lebih berhasil daripada pembatasan kalori saja (93). Namun, program olahraga saja tidak menghasilkan penurunan berat badan bagi orang paruh baya yang kelebihan berat badan (94). Penurunan berat badan awal yang diperlukan membutuhkan pengurangan substansial dalam asupan energi. Setelah berat badan turun, kestabilan berat badan paling efektif dapat dicapai dengan kombinasi diet dan aktivitas fisik. Latihan aerobik dan pembatasan kalori merupakan upaya yang efektif (95). Faktor terpenting adalah keberlanjutan.”
- GD Puasa
- Glucose Tolerance Test (GTT)
- Insulin puasa (untuk menentukan HOMA-IR & HOMA-B)
- Profil lemak
02 Januari 2022
Catatan ke-24: Kunci awal menangani diabetes type 2 (DMT2) adalah MINDSET
16 Desember 2021
Catatan ke-18: Mie ayam, teh manis dan GDP 2 digit
24 November 2021
Catatan ke-4: Banyak tahu untuk menjaga konsistensi dalam ber-PROSES sembuh dari diabetes
24 November 2021 |
Pagi ini saya sangat bersemangat. Sebabnya, sudah nemu alur analisis yang dibutuhkan untuk menulis artikel, bagian dari disertasi yang saya buat. Karena masih di ketinggian 1500an mdpl, tentunya sangat dingin untuk mandi. Namun karena hati senang (saya yakin hormon KORTISOL saya ga naik), saya mandi air dingin. Bayangin aja, tadi pagi suhu ruangan berada di angka 15 derajat, suhu airnya tentunya di bawah itu. Tapi ya ga apa-apa, mandi sambil “megap-megap” dan kamar mandi penuh dengan “asap” (padahal ga ada api lho).
Sedikit cerita soal penelitian yang saya lakukan, teori yang saya gunakan adalah “Theory of Planned Behavior (TPB)”, sebuah teori psikologi yang dijadikan dasar penelitian di berbagai bidang, termasuk bidang sosial ekonomi pertanian (bidang saya). Melalui teori tersebut, saya dapat mempelajari perilaku petani dalam melakukan kegiatan usahatani-nya. Dalam teori tersebut, PERILAKU dibentuk dari NIAT. Salah satu faktor pembentuk niat adalah SIKAP (ATTITUDE). Dalam beberapa literatur ilmiah, sikap dipengaruhi oleh PENGETAHUAN (dalam hal ini saya asumsikan sebagai wawasan seseorang). Jadi secara umum, orang akan BERUBAH PERILAKUNYA ketika MEMILIKI NIAT untuk merubah perilaku. Niat DIBENTUK OLEH SIKAP yang DIPENGARUHI OLEH PENGETAHUANNYA terhadap fenomena/kejadian tersebut.
Terkait TPB dengan Diabetes Type 2 yang saya alami, ternyata benar juga logikanya. Dahulu sebelum GD Puasa saya ketahuan 307 (very high) dan HbA1C = 8,2%, saya ga peduli dengan pengetahuan tentang diabetes. Sekarang, saya peduli dengan pengetahuan tersebut sehingga bisa memunculkan sikap dan niat dalam mencari “kesembuhan” dari diabetes yang saya idap.
Saya harus berterima kasih kepada Dr. Jason Fung yang pertama kali (bagi saya) memberikan penjelasan lengkap tentang REVERSE INSULINE RESISTANCE (membalikkan resistensi insulin). Salah satu penjelasan dari Dr. Jason Fung yang berjudul “What is Insuline Resistance” dapat dilihat pada YT: https://www.youtube.com/watch?v=vMymMf3-LSc. Dari situ, keyword pencarian saya adalah “insuline resistance” karena itu benar-benar merupakan awal masalah dari tingginya kadar gula darah. Setelah saya mengikuti FB Grup “STOP DIABESITAS - Gizi & Nutrisi yang benar”, saya mempelajari artikel yang ditulis oleh Coach Dominik Vanyi. Dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti, saya semakin paham tentang seluk beluk diabetes. Thanks coach... Secara bersamaan, saya juga mengikuti berbagai video tentang INSULINE RESISTANCE yang merupakan akar masalah diabetes Type 2, seperti:
- Om Ade Rai, binaragawan asal Bali yang meskipun sudah berusia 50an tahun namun masih terlihat seperti 30an tahun: https://www.youtube.com/watch?v=DI71-Z1nD2w&t=129s.
- Dr. Eric Berg, salah satu pakar ketogenik internasional yang terlihat awet muda: https://www.youtube.com/watch?v=cUXSPIi5mE0
- Dr. Sten Ekberg, mantan atlet olympiade dan doktor holistik, dengan ciri khas kepala plontos dengan penyampaian materi yang sistematis, disertai grafik dan gambar sehingga mudah menyerap informasinya: https://www.youtube.com/watch?v=DU84RvE568k
- dan banyak (saya anggap) pakar kesehatan dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pengalamannya masing-masing.
Jika dihitung, mungkin saya telah menonton ratusan jam selama 1,5 bulan dalam mempelajari tentang diabetes ini. Namun yang jelas, banyak manfaat yang bisa saya ambil dari ratusan jam tersebut dan pastinya mampu mengubah persepsi dan perilaku saya tentang diabetes. Untuk teman-teman semua yang ingin bebas dari ancaman diabetes, silahkan terus belajar agar semakin yakin bahwa diabetes Type 2 itu dapat diatasi.
Sebenarnya saya membuat tulisan ini terinspirasi dari postingan teman saya Coach Dominik Vanyi tentang pola pandang “Social Media” vs “Science”. Thanks coach.... Dengan latar belakang akademisi, saya berusaha untuk tidak menggunakan “kacamata kuda” dalam menilai suatu fenomena, meskipun terkadang menjadi objektif itu sangat sulit. Berbagai pendapat pakar saya pelajari. Pakar-pakar tersebut berangkat dari berbagai latar belakang sehingga sangat mungkin pendapatnya berbeda. Ya..., itu ga jadi masalah bagi saya. Toh keputusan untuk melakukan treatment berada pada diri saya sendiri kok.
Secara logika, TAHU, MELAKUKAN, dan KONSISTEN...!!! Sebenarnya itulah kunci sukses mengatasi diabetes (dan urusan-urusan lainnya). Kondisi serta respon tubuh tiap orang itu unik. Oleh karena itu, sebuah perlakuan atau terapi memiliki dampak berbeda di masing-masing orang. Contohnya saya: usia 36 tahun dan (merasa) bertubuh sehat sehingga ikhtiyar yang saya lakukan adalah: Intermitten Fasting (IF) 16 jam, diet karbo dan gula, dan olah raga HIIT. Mungkin cara yang saya lakukan tidak sesuai dengan kondisi tubuh orang lain. Butuh adaptasi dalam mengamati respon tubuh sebagai dampak dari suatu perlakuan/treatment. Dan saya memulainya dengan tahapan-tahapan seperti: IF 12 jam, 14 jam dan 16 jam. Pernah juga Long Fasting 47 jam untuk mencapai kondisi AUTOPHAGY (next time aja tulisannya). Yang penting tetap semangat dan konsisten dalam ber-PROSES, itu KUNCINYA. Termasuk saat ini saya memanfaatkan “suhu dingin” untuk membakar kalori tubuh. Kebiasaan masyarakat di sini adalah pakai jaket dan celana untuk menghalau suhu dingin. Namun saya malah sengaja pakai kaos dan celana pendek agar pembakaran kalori saya maksimal. Tujuannya apa? Memperlama proses ketosis agar lemak tubuh terbakar, karena saya masih IF 16 jam dan diet karbo & gula. Yang penting paham prinsip-prinsip dasarnya.
Oh ya, kemarin ada beberapa teman di grup yang menanyakan olah raga HIIT (High Intensity Interval Training). Penjelasan mudah tentang olah raga HIIT dari Om Ade Rai dapat dilihat pada: https://youtu.be/6VfcyhhC0z8. Di situ dapat diketahui perbedaan olah raga AEROBIK, UN-AEROBIK dan HIIT. Ini merupakan beberapa contoh yang telah saya lakukan:
- HIIT sebelum tidur (rutin setiap malam untuk merangsang hormon HGH): https://www.youtube.com/watch?v=iUvG1RhPkvo&t=361s
- Olah raga kalau pagi (untuk pemanasan saja): https://youtu.be/ShFnsQM3DvY
- Klo ini saya belum bisa melakukannya. Namun pingin bisa: https://youtu.be/6X1c79oyYV4
- Ini juga full tantangan...!!! Baru setengah udah ngos-ngosan. Asli...!!! https://youtu.be/pcYYUU5tIxU
- Olah raga 30 menit (ringan) di rumah: https://youtu.be/cvEJ5WFk2KE
- dan masih banyak lagi agar ga bosen dalam berolahraga....
Sementara ini dulu cerita saya tentang diabetes hari ini. Terima kasih dan semoga menginspirasi.
19 November 2021
Catatan ke-1: Bersih-bersih Tandon Air (Pola pikir untuk mengawali "proses penyembuhan")
Usia saya 37 tahun. Setelah saya ketahuan terkena diabetes (DM) awal Oktober 2021 dengan hasil lab GD Puasa = 307, jujur stress berat. Disertasi yang sedang saya kerjakan langsung saya abaikan karena tidak konsen lagi. Selama 2 minggu full, saya berkutat dengan berbagai macam sumber informasi (Youtube, website, jurnal ilmiah, grup FB) untuk mencari solusi "penyembuhan" DM.
Pertama kali yang saya pelajari adalah AKAR MASALAH dari DM. Dari berbagai video yang disampaikan oleh Prof., Doktor, dokter, dan ahli gizi, serta praktisi, ternyata DM type 2 disebabkan oleh RESISTENSI INSULIN. Penyebab resistensi insulin adalah pola makan yang berlebihan, terutama karbohidrat dan gula sehingga memicu pankreas untuk memproduksi insulin terus menerus. Kelebihan produksi insulin tersebut mengakibatkan sel-sel tubuh (pengguna glukosa) menjadi RESISTEN. Jadinya glukosa tidak bisa masuk ke sel untuk digunakan sebagai energi.
Kelebihan glukosa dalam darah memang akan disimpan dalam liver dalam bentuk glikogen. Namun jika masih berlebih, glukosa tersebut akan diubah menjadi lemak. Pantesan saja bobot saya pernah mencapai 95 Kg (tinggi tubuh 173 cm). Suatu kondisi yang SANGAT TIDAK IDEAL...!!! Dan saya mengakui jika kebanyakan asupan glukosa yang berasal dari karbohidrat dan gula (nasi, mie, cemilan berbahan dasar tepung, coklat, es teh manis, es jeruk manis, minuman kaleng, dll.) Yang lebih parah lagi adalah sudah 15 tahun terakhir JUUUARAANG BEROLAH RAGA! Itu juga salah satu faktor penyebab saya terkena DM.
Intinya: Asupan MASUK tidak sama dengan energi yang DIKELUARKAN! Tidak imbang sama sekali!
Saat ini, saya sedang bersih-bersih tubuh saya dari lemak, terutama pankreas dan liver. Keyakinan saya, berdasarkan berbagai sumber informasi yang saya pelajari, kebanyakan penderita DM berawal dari obesitas. Dan salah satunya adalah saya sendiri.
Analogi:
Jika di rumah Anda menggunakan jaringan air dari tandon air, maka bayangkan hal ini. Tandon air tersebut Anda isi dengan air terus, tanpa pernah dibersihkan. Yang terjadi adalah munculnya lumut pada tandon air. Jika dibiarkan, lama kelamaan air akan bau. Iya kan...??? Trus, apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi kualitas air yang berbau tersebut? Memasang filter air di kran atau membersihkan tandon airnya? Klo saya sih membersihkan tandon airnya agar AKAR MASALAHNYA dapat teratasi.
Saya mengibaratkan tandon air tersebut adalah ORGAN TUBUH, sedangkan lumut adalah LEMAK TUBUH. Agar lumut di tandon air dapat hilang maka hal pertama yang akan saya lakukan adalah MENGURAS tandon air dan MEMBERSIHKAN lumutnya. Menguras tandon ibarat PUASA/DIET LOW KARBO, sedangkan membersihkan lumut adalah proses KETOSIS. Lumut tidak bisa dibersihkan tanpa menguras tandon air. Untuk membersihkan lumut tersebut, maka terapi yang saya lakukan adalah:
- Puasa intermittent 16 jam
- Diet low karbohidrat dan gula
- Olah raga, terutama HIIT (High Intensive Interval Training)
- Puasa intermitten berfungsi untuk menguras tandon air.
- Diet low karbo berfungsi mengurangi supply air.
- HIIT berfungsi mempercepat pembersihan lumut.
Itu cara saya "tirakat" dalam mengatasi DM selama 1,5 bulan ini. Meskipun tidak selalu cek kadar GD tiap hari, tetapi gejala-gejala DM yang saya alami (infeksi telinga, sering haus dan pipis, mudah lapar, tidak fokus, caries gigi, cepat lelah) berkurang drastis, bahkan hilang. Berat badan turun menuju ke BB ideal dan tubuh menjadi lebih segar. Dan semua ini TANPA OBAT MEDIS & HERBAL. Saya melakukan itu semua dengan mempertimbangkan kondisi tubuh dan dilakukan secara bertahap.
Sementara itu cerita saya tentang DIABETES.