Artikel Utama

Catatan ke-32: Transformasi

23 Januari 2022

Catatan ke-32: Transformasi


23 Januari 2022

Perubahan cukup ekstrim yang membuat saya senang namun "menghancurkan" hati orang-orang di sekitar saya (kecuali istri saya). 

Pada awal saya terdiagnosis DM pada 30 Sept 2021, pikiran saya yang pertama adalah agar bisa segera pulih, mencegah komplikasi. Hasil belajar saya di awal kena DM adalah mengurangi BB. Ya! Karena kelebihan lemak menimbulkan resistensi insulin dan berbagai macam inflamasi. Akhirnya sy membuat target turun BB ke BMI ideal. Waktu itu awal melakukan treatment pada minggu pertama Oktober 2021, seingat saya BB = 83-85 Kg. Sekarang, BB sudah ideal di 70 Kg. Alhamdulillah....

Namun demikian, ada yg ga terima dengan penurunan BB saya yg cukup ekstrim, sekitar 15 kg dlm waktu 3 bulan. Itulah persepsi orang... Karena sebelumnya sy terlihat montok (gendut), sekarang langsing (ideal). Namun apabila persepsi itu saya ikuti, maka tentu akan menggoyahkan tekat saya dalam memperbaiki kondisi kesehatan saya. 

Berdasarkan pengalaman saya, bagi yg baru kena DMT2, evaluasi berat badan (BB) dulu. Klo overweight, apalagi obesitas, lakukan penurunan BB menuju ke BB ideal. Mau pakai IF, diet keto, defisit kalori, silahkan... Asal pertimbangkan kondisi tubuh. Hasil penurunan BB tergantung dr diet yg dipilih dan konsistensinya.

Ketika sudah ideal, pertahankan BB tsb. Toh jika BB ideal, rasa sehat akan bertambah. Enteng, ga mudah capek, dan lebih bersemangat. 

Catatan saya, ada perbedaan BB turun karena diet vs BB turun karena DM. Kalau makan banyak tp BB turun, itu menandakan resistensi insulin tinggi. Namun jika BB turun karena diet, penurunan tsb memang dikarenakan asupan glukosa rendah sehingga proses pembakaran lemak tubuh (ketosis) berlangsung. Jika resistensi insulin turun, maka BB akan stabil.

Setelah BB ideal, resistensi insulin turun, mulai fokus pada perbaikan sistem pencernaan. Yang saya lakukan adalah konsumsi probiotik agar bakteri baik (mikrobiom) lebih banyak sehingga keseimbangan enzim dan hormon dapat lebih ideal. Paling tidak, itu yg saya pahami sd saat ini.

Proses ketika menurunkan BB itulah kunci dari treatment DM. Karena pada proses itu, terjadi pembiasaan "New Normal" terkait makanan dan minuman yg kita konsumsi. Contoh: awalnya sy melakukan diet low karbo utk mengejar "kesembuhan" DM saya. Namun seiring dg proses, saat ini malah ga tertarik utk makan nasi dkk. Bukannya benci nasi, namun kebiasaan baru itulah yg menyebabkan saya lebih memilih sayuran dr pada nasi, mie dll. Mindset berubah dari "makan enak" menjadi "kecukupan nutrisi". 

Melakukan treatment sambil belajar merupakan langkah ideal. Saya jadinya tahu alasan2 dibalik treatment yang saya lakukan tersebut. Hal itu akan menambah dan mempertahankan motivasi dalam mengubah pola hidup. Tentunya dalam jangka panjang.

Semua proses butuh perjuangan dan "laku prihatin", khususnya bagi yg DM. 

Semoga manfaat 🙏🙏🙏