Artikel Utama

Catatan ke-32: Transformasi

23 Januari 2022

Catatan ke-33: Advice dokter spesialis jantung, teman satu kos waktu SMA


23 Januari 2022 | 

Tadi sore sekitar habis Asar, saya berkesempatan untuk diskusi via telp. tentang DM dengan teman SMA saya. Dia teman satu kos dan sekarang menjadi dokter spesialis jantung. Dia agak terkejut juga ketika tahu bahwa saya terkena DM. Namun itu bukan point utamanya. Yang menjadi fokus pembicaraan adalah pencegahan komplikasi dari DM itu sendiri.

Mungkin sebagian besar anggota grup ini telah mengetahui bahaya dari DM, yaitu berbagai macam kemungkinan resiko komplikasi. Kalau GD tinggi itu mungkin ga terlalu terasa efeknya secara langsung, namun ketika GD tinggi terus-terusan, hal itu akan menyebabkan resiko komplikasi ke berbagai organ vital tubuh. Bisa jadi otak, jantung, ginjal, mata, dan sebagainya. Karena semua organ di tubuh terkoneksi dengan pembuluh darah sehingga kualitas darah yang jelek (GD tinggi) akan memberikan dampak negatif pada organ-organ tersebut.

Fokus dari diskusi saya dengan dia adalah tentang plak di pembuluh darah. Dan SALAH SATU pemicu terjadinya plak tersebut adalah GD tinggi (DM). Jadi meskipun HbA1C dan resistensi insulin sudah turun, bukan berarti aman. Mengapa? Karena selama GD tinggi (yang kita belum tahu kapan mulainya), sebenarnya telah terjadi endapan plak pada pembuluh darah. Plak itu akan luntur dalam jangka waktu cukup lama, sekitar 1-5 tahun (kata dia). Oleh karena itu, orang yang telah terdiagnosa DM, sebaiknya tetap mengelola DM-nya dengan baik agar tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh darah.
Teman saya itu mengakui bahwa hasil HbA1C saya baik (5% = 90-an mg/dL) dan resistensi insulin saya juga baik (1,4 < 2,0). BMI saya sudah bagus karena sudah masuk ke kondisi ideal dari yang semula obesitas tingkat 1. Namun demikian, dia sangat menyarankan saya untuk menjaga semua indikator tersebut. Berapa lama? Ya selama mungkin! Agar plak-plak yang telah terbentuk di pembuluh darah saya dapat berkurang. Apalagi saya cerita bahwa beberapa komplikasi DM telah saya rasakan sebelumnya (seperti: penglihatan kadang kabur, sering masuk angin, infeksi telinga setahun lebih, dll.). Saya bilang bahwa setelah treatment IF, LK dan Olah raga selama 3 bulan, semua gejala tersebuh hilang. Namun bukan berarti saya sudah sembuh. Bekas/dampak yang ditimbulkan oleh GD tinggi yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, yaitu kondisi plak dalam pembuluh darah tidak dapat hilang dengan cepat. Dia juga menyinggung tentang profil lemak yang berpotensi menambah plak tersebut, serta pengelolaan stress yang baik (Ojo mikir nemen-nemen sing gawe stress...!!!). Dan yang paling menarik dari statement-nya setelah tahu saya melakukan IF 16 jam, LK dan olga serta hanya minum obat GD (metformin) 4 hari saja di awal diagnosa adalah: "Jika pasien DM bisa mengelola pola hidupnya dengan baik, sebenarnya obat merupakan opsi terakhir". 

Dari pembicaraan tersebut saya menarik kesimpulan:
  1. DM itu hanya salah satu penyebab dari gangguan kesehatan, karena jika dilihat secara komprehensif, kegagalan organ vital dapat disebabkan oleh hal selain DM
  2. Memang DM merupakan "mother of disease", namun demikian saya tidak boleh abai dengan penyebab lainnya, seperti profil kolesterol yang buruk, serta keseimbangan enzim dan hormon sebagai penyokong sistem metabolisme tubuh
  3. Pengelolaan stress merupakan satu hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga keseimbangan metabolisme.
  4. Diet terbaik (menurut) saya adalah diet dengan komposisi nutrisi yang cukup dan seimbang, serta harus dapat dilakukan dalam JANGKA PANJANG. 

Ternyata DM bukan sesuatu yang ngeri-ngeri amat asal bisa mengelolanya dengan baik. Memang butuh banyak informasi untuk tahu tentang cara-cara mengelola kesehatan secara komprehensif. Namun abai terhadap DM sangat berpotensi untuk memicu terjadinya stroke, gagal ginjal, serangan jantung, berkurangnya fungsi syaraf dan penyakit "berat" lainnya. 

Jika boleh saya mengatakan bahwa berfikir untuk "hanya" menurunkan GD adalah sesuatu yang "kecil". Masih ada hal "besar" lain yg berpengaruh pada kesehatan metabolisme tubuh. Itu semua tergantung dari mindset yang kita bangun. Karena MINDSET merupakan pondasi untuk BERPERILAKU lebih sehat. 

Semoga bermanfaat...