Artikel Utama

Catatan ke-32: Transformasi

02 Januari 2022

Catatan ke-24: Kunci awal menangani diabetes type 2 (DMT2) adalah MINDSET


2 Januari 2022

Kemakan oleh mindset sendiri, itulah yang terjadi pada diri saya. Terlebih, sekarang saya tengah berjuang dalam "laku prihatin" untuk mengembalikan sensitivitas insulin dan regenerasi sel Beta Pankreas. Ceritanya begini:

Saya ingat waktu itu tahun 2007, ketika saya kerja menjadi admin di Magister Manajemen Agribisnis (MMA) UGM sambil menjalani beasiswa S2. Kelebihan uang bagi seorang bujangan membuat saya kalap dan lari ke makanan. Apalagi ketika kuliah S1, semua serba terbatas. Tubuh yang awalnya ideal (TB 173; BB 65) beranjak tambun. Dosen saya pernah "mengingatkan" untuk ga berlebihan ketika makan krn resiko penyakit. Waktu itu saya jawab: "Ga apa-apa pak. Saya konsumsi herbal juga kok. Biar obat yang menangkal penyakit saya" (kira-kira begitu). 

Mulai dari saat itu, mindset saya adalah: "Kalau sakit ya minum obat. Soal makanan sehari-hari, sikat aja apa yang ada." Dan ga terasa, dalam perjalanan hidup saya, pernah mencapai rekor 95 Kg. Kereeen....!!! Makmur deh!

Namun ternyata MINDSET saya salah! Obat ga bisa mencegah seseorang terkena DMT2 jika pola makannya awur2an dan cenderung berlebihan. Apalagi jika memang sudah positif DMT2, hanya mengandalkan obat saja ga akan mengatasi akar masalahnya! Dan saat ini saya telah termakan oleh MINDSET saya tersebut.

Keyakinan saya itu terkonfirmasi ketika kemarin malam saya silaturahmi ke salah satu teman. Ketika dia melihat perubahan pada tubuh saya, dia tanya: "Kowe kenopo mas, kok kurus?" Ya saya jawab jika saya kena DMT2 dan sedang berusaha memulihkan kondisi. Cara yang saya lakukan adalah Intermittent Fasting, diet Low Karbo dan olah raga beban (HIIT), bla...bla...bla.... Yang menarik bukan di bagian itunya, namun ketika dia membuka cerita tentang kronologi ayahnya meninggal lantaran gagal ginjal yg diawali dengan DMT2 beberapa tahun sebelumnya. Ceritanya begini:

Pada saat awal ayahnya kena DMT2, sebenarnya ada 2 orang tetangganya yang juga kena. Ayahnya itu setiap bulan rajin ke dokter, kontrol dan pulang bawa obat. Selama beberapa tahun itu, ayahnya konsumsi obat DM. Namun..., ayahnya ga mau meninggalkan makanan enak-enak, alias ga mau mengubah pola hidup. Dosis obat yg semula sedikit, lama-kelamaan meningkat dan akhirnya menggunakan injeksi insulin. Mindset ayahnya adalah: "Sudah minum obat ya boleh makan seperti orang normal, sama ketika sebelum terkena DMT2." Pada akhirnya ginjalnya yang bermasalah.

Teman saya melanjutkan ceritanya tentang dua orang tetangganya yang sama-sama kena DMT2. Yang jelas saat ini mereka masih sehat. Kontrol ke dokter tetap dilakukan, namun mereka bisa mengubah pola makan. Ditambah dengan rajin puasa.

Intinya: 
Mengawali penanganan atau manajemen DMT2 tanpa MINDSET yang benar, hasilnya ga akan memuaskan. Bagi saya, MINDSET yang benar itu adalah membentuk NEW NORMAL, dengan mengelola makanan, olah raga, pikiran dan spiritual. Lupakan "NORMAL" seperti saat sebelum kena DMT2 karena meskipun RESISTENSI INSULIN sudah menurun dan SEL BETA PANKREAS telah bertambah, namun pola hidup yang salah tetap akan beresiko menyebabkan DMT2 lagi. Apalagi saat ini banyak orang yg berfikir hanya MENORMALKAN GD, bukan memperbaiki akar masalahnya.

Jangan masuk ke lubang yang sama untuk kedua kali.