Artikel Utama

Catatan ke-32: Transformasi

06 Januari 2022

Catatan ke-25: Hasil tes HOMA-IR dan HOMA-B (akhirnya tahu dengan pasti apa yang perlu dilakukan)

Catatan ke-25: Hasil tes HOMA-IR dan HOMA-B (akhirnya tahu dengan pasti apa yang perlu dilakukan)


6 Januari 2022 | 

Hari ini hasil tes HOMA-IR dan HOMA-B sudah keluar. Hasilnya, resistensi insulin saya di kisaran normal, meskipun terlalu mepet ke ambang atas. Namun kapasitas sel Beta Pankreas cukup menyedihkan, yaitu 47%. Normalnya > 70%. 

Sesuai perkiraan, asal lemak tubuh bisa turun, resistensi insulin juga akan mengikuti. Namun memang untuk masalah regenerasi sel beta Pankreas itu sesuatu yg lain... Kalau hanya menormalkan gula darah, itu mudah. Menurunkan resistensi insulin juga udah terlaksana selama 3 bulan ini. Lha, menaikkan kadar sel Beta Pankreas...??? Tunggu 3 bln lagi deh... 

Next step: Regenerasi sel beta Pankreas 💪💪💪

02 Januari 2022

Catatan ke-24: Kunci awal menangani diabetes type 2 (DMT2) adalah MINDSET

Catatan ke-24: Kunci awal menangani diabetes type 2 (DMT2) adalah MINDSET


2 Januari 2022

Kemakan oleh mindset sendiri, itulah yang terjadi pada diri saya. Terlebih, sekarang saya tengah berjuang dalam "laku prihatin" untuk mengembalikan sensitivitas insulin dan regenerasi sel Beta Pankreas. Ceritanya begini:

Saya ingat waktu itu tahun 2007, ketika saya kerja menjadi admin di Magister Manajemen Agribisnis (MMA) UGM sambil menjalani beasiswa S2. Kelebihan uang bagi seorang bujangan membuat saya kalap dan lari ke makanan. Apalagi ketika kuliah S1, semua serba terbatas. Tubuh yang awalnya ideal (TB 173; BB 65) beranjak tambun. Dosen saya pernah "mengingatkan" untuk ga berlebihan ketika makan krn resiko penyakit. Waktu itu saya jawab: "Ga apa-apa pak. Saya konsumsi herbal juga kok. Biar obat yang menangkal penyakit saya" (kira-kira begitu). 

Mulai dari saat itu, mindset saya adalah: "Kalau sakit ya minum obat. Soal makanan sehari-hari, sikat aja apa yang ada." Dan ga terasa, dalam perjalanan hidup saya, pernah mencapai rekor 95 Kg. Kereeen....!!! Makmur deh!

Namun ternyata MINDSET saya salah! Obat ga bisa mencegah seseorang terkena DMT2 jika pola makannya awur2an dan cenderung berlebihan. Apalagi jika memang sudah positif DMT2, hanya mengandalkan obat saja ga akan mengatasi akar masalahnya! Dan saat ini saya telah termakan oleh MINDSET saya tersebut.

Keyakinan saya itu terkonfirmasi ketika kemarin malam saya silaturahmi ke salah satu teman. Ketika dia melihat perubahan pada tubuh saya, dia tanya: "Kowe kenopo mas, kok kurus?" Ya saya jawab jika saya kena DMT2 dan sedang berusaha memulihkan kondisi. Cara yang saya lakukan adalah Intermittent Fasting, diet Low Karbo dan olah raga beban (HIIT), bla...bla...bla.... Yang menarik bukan di bagian itunya, namun ketika dia membuka cerita tentang kronologi ayahnya meninggal lantaran gagal ginjal yg diawali dengan DMT2 beberapa tahun sebelumnya. Ceritanya begini:

Pada saat awal ayahnya kena DMT2, sebenarnya ada 2 orang tetangganya yang juga kena. Ayahnya itu setiap bulan rajin ke dokter, kontrol dan pulang bawa obat. Selama beberapa tahun itu, ayahnya konsumsi obat DM. Namun..., ayahnya ga mau meninggalkan makanan enak-enak, alias ga mau mengubah pola hidup. Dosis obat yg semula sedikit, lama-kelamaan meningkat dan akhirnya menggunakan injeksi insulin. Mindset ayahnya adalah: "Sudah minum obat ya boleh makan seperti orang normal, sama ketika sebelum terkena DMT2." Pada akhirnya ginjalnya yang bermasalah.

Teman saya melanjutkan ceritanya tentang dua orang tetangganya yang sama-sama kena DMT2. Yang jelas saat ini mereka masih sehat. Kontrol ke dokter tetap dilakukan, namun mereka bisa mengubah pola makan. Ditambah dengan rajin puasa.

Intinya: 
Mengawali penanganan atau manajemen DMT2 tanpa MINDSET yang benar, hasilnya ga akan memuaskan. Bagi saya, MINDSET yang benar itu adalah membentuk NEW NORMAL, dengan mengelola makanan, olah raga, pikiran dan spiritual. Lupakan "NORMAL" seperti saat sebelum kena DMT2 karena meskipun RESISTENSI INSULIN sudah menurun dan SEL BETA PANKREAS telah bertambah, namun pola hidup yang salah tetap akan beresiko menyebabkan DMT2 lagi. Apalagi saat ini banyak orang yg berfikir hanya MENORMALKAN GD, bukan memperbaiki akar masalahnya.

Jangan masuk ke lubang yang sama untuk kedua kali.
Catatan ke-23: Glukomannan dari Konjak (porang): manfaatnya bagi penyandang Diabetes Type 2 (DMT2)

Catatan ke-23: Glukomannan dari Konjak (porang): manfaatnya bagi penyandang Diabetes Type 2 (DMT2)


2 Januari 2022 | 

Mengapa produk-produk "Shirataki" menjadi produk yang premium? Berikut ulasannya:

Porang merupakan komoditas pertanian yang sempat booming beberapa waktu lalu dan menjadi komoditas ekspor Indonesia. Dari tepung porang (konjak) ini berbagai makanan "mahal" seperti nasi atau mie shirataki yang menjadi andalan penyandang DMT2 dibuat. Lalu apa dan mengapa tepung konjak ini memiliki keistimewaan tersendiri? Yuh, kita lihat hasil penelitiannya berikut ini.

Konjak atau porang merupakan bahan yang mengandung serat makanan tinggi, di mana serat makanan tersebut ternyata berpengaruh pada sistem pencernakan tubuh, peningkatan sensitivitas insulin, sekresi hormon tertentu pada usus dan anti-inflamasi. Dengan demikian, banyak manfaat dari serat makanan yang dibutuhkan oleh penderita DMT2. 

Apa spesialnya dari konjak?

Konjak yang bernama latin Amorphophallus konjac ternyata memiliki senyawa yang disebut dengan Glukomannan, yaitu senyawa yang larut dalam air. Senyawa ini merupakan salah satu serat makanan paling kental yang dikenal karena kemampuannya menyerap air secara efektif. Salah satu keuntungan dari glukomannan adalah merupakan serat makanan yang tidak dapat dicerna, yang telah dikenal membantu dalam menurunkan kadar kolesterol, modifikasi metabolisme mikroba usus, dan penurunan berat badan. Bagi penyandang DMT2, keuntungan glukomannan antara lain adalah:
  • Dapat menunda pengosongan lambung dengan memodulasi tingkat penyerapan nutrisi dari usus halus dengan meningkatkan sensitivitas insulin
  • Membuat penyerapan glukosa makanan secara lebih bertahap dan mengurangi peningkatan kadar gula darah
  • Memperbaiki kontrol glikemik dan profil lipid (lemak) darah pada individu diabetes yang memiliki risiko tinggi, dan mungkin meningkatkan efektivitas pengobatan konvensional pada DMT2
  • Mengurangi indeks glikemik efektif makanan bila diberikan sebelum atau selama makan
Intinya, glukomannan pada konjak mampu membantu penderita DMT2 dalam mengelola kadar gula darahnya agar tidak melejit. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa muncul produk-produk premium (relatif mahal) yang menggunakan bahan baku tepung konjak, seperti:
  • Mie shirataki
  • Beras shirataki
  • dan lain-lain
Demikian sedikit ulasan dari literatur yang telah saya baca. Semoga bermanfaat.

27 Desember 2021

Catatan ke-22: Uji coba makan bakso untuk pertama kali setelah treatment

Catatan ke-22: Uji coba makan bakso untuk pertama kali setelah treatment


27 Desember 2021 |

Jangan dicoba kalau belum yakin...!!!

Ini adalah bakso pertama saya setelah sekian bulan melakukan IF, diet Low Karbo dan Olah Raga. Di gunung, hujan2, udara dingin... Enak bgt makan bakso.

GDS sebelum makan 109
GD 1 jam setelah makan 138
GD 2 jam setelah makan 120

Saya juga heran, mengapa hasilnya bisa begitu ya? Padahal hanya duduk di depan laptop saja setelah makan bakso 😃

24 Desember 2021

Catatan ke-21: Turun GDP tanpa obat, hanya diet Low karbo, IF rata-rata 12-16 jam dan olah raga beban (HIIT)

Catatan ke-21: Turun GDP tanpa obat, hanya diet Low karbo, IF rata-rata 12-16 jam dan olah raga beban (HIIT)


24 Desember 2021

Gambar ini adalah data GDP saya sejak 30 September 2021, di mana GDP saya terdeteksi 307. Pagi ini GDP saya 98, yang berarti "normal" karena < 100. Dengan data ini, saya berharap hasil tes HbA1C nanti (pertengahan Januari 2022) akan turun dari 8,2% ke ....???? 

Terinspirasi dari pak Wisnu Ali Martono tentang cerita kepada dokternya, seandainya semua pasien DM memiliki data seperti ini, dokternya pasti akan lebih terbantu dalam melakukan analisa tindakan yang diperlukan. Namun hal itu juga tidak mudah, mengingat tidak semua penderita DM memiliki Glukometer dan stiknya (Saya menghabiskan hampir 2 tabung stik glukometer dalam 2,5 bulan = kira2 Rp180ribuan).

Namun demikian, dalam berproses menurunkan GD Puasa, banyak pengalaman dan pembelajaran yang didapat. Yang terpenting adalah "niteni" respon tubuh terhadap makanan dan kondisi tertentu sehingga akan tahu sendiri pantangan-pantangan yang harus dihindari untuk menjaga GDP < 100.

Next step: 
Recovery sel beta pankreas dan kinerja pencernaan di lambung.

Hmmm..., kira2 data ini bisa buat modal minta rujukan tes HOMA ndak ya? Semoga dokternya mau ngasih... 😅

23 Desember 2021

Catatan ke-20: Jahe sachet anget di ketinggian 1500 mdpl

Catatan ke-20: Jahe sachet anget di ketinggian 1500 mdpl


23 Desember 2021 |

Kenalakan saya jangan ditiru ya. Perjalanan dari Purwokerto ke gunung pakai sepeda motor dalam kondisi dingin memang menantang. Sampai di gunung, mampir ke greenhouse yg sedang dibangun oleh anak-anak muda anggota Gapoktan. Dingiiin...

Sampai situ, saya melihat pada minum kopi dan jahe anget. Mereka sudah tahu kalau saya sedang menghindari minuman sachet, karena pasti mengandung gula. Namun antara kepingin dan penasaran, saya minta dibikinkan jahe sachet. Berapa GD 1 jam setelah minum? Nanti akan tahu jawabannya di kos-kosan.
😃

Dan ternyata... GD saya setelah 1 jam adalah 129.

17 Desember 2021

Catatan ke-19: GD2JPP & sesendok nasi putih

Catatan ke-19: GD2JPP & sesendok nasi putih


17 Desember 2021 |

Berawal dari makanan tadi siang yg memang saya sisakan utk makan malam, ternyata kebanyakan. Ditambah lagi masih ada daging ayam yg harus dihabiskan. Akhirnya saya bikin angetin lagi dengan dicampur semuanya.

Habis makan, ternyata temen saya bikin masakan ayam berkuah dicampur saus tiram. Menggoda selera deh... Ditambah dia bawa nasi sepiring... Hmmm....

Akhirnya..., keimanan saya jatuh! Saya nyoba masakannya enaaak bgt. Trus saya lirik nasi putih yg dibawanya. Akhirnya, ambil 1 sendok, dimakan sama ayam kuahnya.

2 jam setelahnya trus tes tusuk. Masih aman.... 😁

Makanan saya:
Ayam, tempe, tomat, wortel, terong ungu, kubis dan bumbu dapur.

16 Desember 2021

Catatan ke-18: Mie ayam, teh manis dan GDP 2 digit

Catatan ke-18: Mie ayam, teh manis dan GDP 2 digit


16 Desember 2021 |

Kemarin, saya ngajak temen saya untuk fotokopi kuesioner penelitian dan belanja ATK untuk mendukung proses riset saya di gunung. Tempat fotokopinya lumayan jauh, karena harus turun ke kota terdekat (kota Bumiayu). Saya tahu kalau temen saya itu suka banget dengan mie ayam. Dalam perjalanan pulang, saya menawarkan ke dia untuk mampir ke warung mie ayam, sekedar untuk menghargai keinginan dia makan mie ayam. Saya tahu dia "pekewuh" dengan saya karena saya dulu adalah dosen pembimbing skripsinya. Saya bilang saja: "Klo mau mie, ya makan saja. Saya mau minum teh dan makan buah pir saja". Lalu saya duduk dekat dia dan sempat mengfoto dia ketika makan mie ayam dengan enaknya (mengingat makanan ini adalah favorit saya sebelum diet Low Karbo. Apalagi klo makannya di gunung.... Yummy.....).

Saya pesen teh panas dan dengan 1 sendok teh gula (wkwkwkwk..... Nakal...!!! "Penjorangan" klo kata orang Banyumas). Bayangan saya dikasih gelas besar, ternyata gelasnya kecil. Ya ga apa2 deh... Saya minum (muaniiiis bgt di lidah) sambil makan buah pir yang saya bawa. Lumayan buat buka puasa setelah IF 16 jam.

2 jam setelah minum teh manis tersebut, penasaran lihat GDS. Ternyata masih di kisaran normal yaitu 104 mg/dL. Okey deh, lanjut masak buat makan. Menu kali ini masih sama dengan hari2 sebelumnya, yaitu kukusan labu siam dan sayuran lainnya. Cuma yang istimewa adalah orak-arik tahu+telur yang saya buat, saya tambahi hati ampela ayam yang sempat saya beli di Bumiayu tadi (di gunung klo mau beli ayam harus 1 ekor, dan itu kebanyakan klo dimakan untuk 2 orang). 

Hari-hari saya masih seperti biasanya. Malam kerja sampai tengah malam dan tidur sekitar jam 1 pagi. Namun berdasar percobaan yang dilakukan pak Wisnu Ali Martono, untuk menjaga GDP 2 digit, sebelum tidur makan protein. Lha, saya punyanya kacang, jadinya jam 12 malam ngemil kacang. Berapa gram saya ga tahu, tapi gambarannya sekitar 1 genggaman tangan deh. Penasaran juga untuk ngerti GDP-nya berapa. 

Tidur jam 1 pagi, jam 5 bangun utk subuhan, trus tidur lagi karena ngantuk dan udara duuuingiiin banget (sekitar 15 derajad). Bangun lagi sekitar jam 8 pagi. Habis itu cek GDP dan hasilnya 2 digit.

Alhamdulillah.....

Itu cerita saya tentang DM hari ini.

14 Desember 2021

Catatan ke-17: Mulai konsen untuk pembenahan sel Beta Pankreas (sel penghasil hormon Insulin)

Catatan ke-17: Mulai konsen untuk pembenahan sel Beta Pankreas (sel penghasil hormon Insulin)



14 Desember 2021 |

Tadi tidur jam 01.30 pagi. Subuh bangun sebentar lalu tidur lagi. Bangun Tahu2 jam 9 pagi. Langsung cek GDP utk koleksi data. Alhamdulillah 2 digit setelah IF 12 jam.

Namun yang menarik dari searching semalam, omega-3 direkomendasikan beberapa pakar kesehatan utk dikonsumsi jika ingin memperbaiki Beta Cell di Pankreas.

Dimulai dari hal ini, saya tertarik pada recovery atau (mungkin) regenerasi sel Beta Pankreas yang merupakan produsen insulin alami dalam tubuh. Sepemahaman saya sampai dengan saat ini, penyebab DMT2 (Diabetes Melitus Tipe 2) adalah:
  1. Resistensi Insulin, yang membuat glukosa di dalam darah tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh.
  2. Penurunan kapasitas Sel Beta Pankreas, yang menyebabkan produksi insulin tidak cukup untuk membawa glukosa agar dapat masuk ke dalam sel.
Jadi secara logika, bagaimana caranya untuk meningkatkan kapasitas sel Beta Pankreas? Itu masih menjadi suatu pertanyaan besar bagi penyintas diabetes. Jika masalah itu tersolusikan, InsyaAllah penyintas diabetes akan memiliki harapan lebih baik untuk mengelola kesehatannya.

Okey deh, kapan2 lanjut searching jurnal ilmiahnya. Tambah semangat utk mempelajari regenerasi Beta Cell... 👍👍👍

Nah..., berikut ini ada sebuah jurnal yang berkaitan dengan bahan baku Omega-3 yang lumayan tinggi namun berasal dari bahan non-ikan. Alias, bahan baku itu bisa dibudidayakan. 

"...konsumsi biji SI (Sacha Inchi), minyak dan kue tanpa minyak menghasilkan banyak manfaat kesehatan, terutama dalam pengelolaan penyakit radang kronis dan dengan demikian, dapat membantu dalam memerangi epidemi global penyakit kronis..."

"Karena minyak biji SI rentan terhadap oksidasi pada suhu tinggi; diperlukan identifikasi metode pemrosesan dan teknologi enkapsulasi yang sesuai untuk pengiriman asam lemak omega-3 yang efisien. Hal ini juga menjadi penting dan penting untuk mengkonsolidasikan data yang ada dan temuan terbaru untuk menentukan kondisi produksi yang optimal, aspek fungsional, keamanan, aplikasi makanan dan kemanjuran benih SI dan produk sampingannya, yang tidak hanya akan melepaskan manfaat kesehatan terkait tetapi juga akan membantu dalam pengembangan makanan bernilai tambah, nutraceuticals dan aditif makanan di masa depan."

Sumber: https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0308814621024651 


13 Desember 2021

Catatan ke-16: Menu makan Low Karbo Model Kukusan

Catatan ke-16: Menu makan Low Karbo Model Kukusan


13 Desember 2021 |

Ada yang khawatir mau diet Low Karbo, ga makan nasi ga kenyang....???
Berikut ini merupakan menu buka puasa saya: - Daun labu siam (dikasih tetangga) - Labu siam (dikasih tetangga) - Kubis (dikasih tetangga) - kembang kol - Bandung presto - tempe Hasilnya sangat mengenyangkan. Dulu hanya butuh 1-2 minggu utk adaptasi lepas dr nasi. Sekarang makan menu seperti itu sdh sangat kenyang. Habis makan, ngemil kacang rebus 😁