Artikel Utama

Catatan ke-32: Transformasi

30 November 2021

Catatan ke-9: Glucose Tolerance Test (GTT) dan olah raga HIIT


30 November 2021 |

Saya memiliki beberapa gambar yang telah saya masukkan ke 2 bagian. Bagian 1 adalah gambar kurva GTT, sedangkan bagian kedua adalah eksperimen olah raga HIIT untuk menurunkan GD yang saya lakukan tadi siang. Begini ceritanya:

Hari Minggu, 28 November 2021, saya nekad melakukan GTT atau tes toleransi glukosa secara oral. Maksud saya melakukan tes ini adalah ingin mendapatkan data/gambaran tentang resistensi insulin yang saya alami. Sekaligus sebagai data awal dari hasil treatment yang saya lakukan. Tes ini tidak saya sarankan bagi orang yang memiliki GD sangat tinggi karena RESIKO LONJAKAN GD sangat MUNGKIN terjadi. Takutnya malah terjadi sesuatu yang negatif pada saat tes. Jujur, saya waktu melakukan tes itu cukup deg-degan, meskipun GDP saya konsisten < 100 (normal) selama beberapa hari terakhir.

Prinsip KEHATI-HATIAN:

Salah satu faktor yang memicu penyakit Diabetes Militus (DM) adalah banyaknya radikal bebas ataupun Reactive Oxigen Species (ROS), yaitu senyawa oksigen yang tidak stabil dan sangat reaktif. ROS cenderung menarik elektron dari molekul-molekul penting disekitarnya seperti protein, lipid, dan DNA guna mengstabilkan dirinya. Hal ini dapat membahayakan  jaringan dan menyebabkan kematian sel. Tubuh memiliki penangkal untuk menanggulangi  radikal  bebas tersebut, yaitu enzim ANTIOKSIDAN. (Sumber: https://journal.bio.unsoed.ac.id/index.php/scribio/article/view/42

Lonjakan GD yang sangat tinggi (hyperglikemia) dapat memicu stres oksidatif lebih lanjut, karena mampu menghasilkan radikal  bebas lebih banyak, dan menurunkan kerja antioksidan dalam  tubuh. Oleh karena itu, ketika terjadi hyperglikemia pada waktu GTT, segera turunkan, namun jangan berlebihan untuk mencegah terjadinya GD drop (Hypoglikemia). 

Kembali ke GTT, caranya sederhana:
1. Cek GD Puasa
2. Buat larutan gula dengan mencampur 75 gram gula pasir ke dalam 300 mL air (gelas es teh)
3. Minum sampai habis
4. Cek GD pada menit ke-30, 60, 90 dan 120 (waktu yang dibutuhkan 2 jam)
5. Selama tes (2 jam), tidak boleh melakukan olah raga dan kegiatan yang memicu stres
6. Bandingkan pergerakan kurva hasil cek GD dengan kurva acuan
7. Tarik kesimpulan

Dari GTT tersebut, saya termasuk golongan DIABETES. Jika mengacu pada kurva GTT, saya masih mengalami RESISTENSI INSULIN, meskipun GDP saya 80. Hasil tes saya dapat dilihat pada kurva/grafik sebelah kiri. Meskipun saya telah melakukan Intermitten Fasting 16 jam selama 2 bulan, diet Low Karbo dan olah raga HIIT setiap hari, saya belum boleh senang dengan kemajuan yang saya dapat. Saya pernah mengatakan bahwa MENURUNKAN GD itu tidak sulit. Namun membalikkan RESISTENSI INSULIN ke SENSITIVITAS INSULIN memang butuh waktu dan kesabaran. Lha wong dari normal ke RESISTENSI INSULIN saja perlu waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan kok! Mau balikin lagi secara alami ya memang lama... Oleh karena itu, saya masih komitmen dengan IF, Low Karbo & HIIT beberapa bulan ke depan. Sampai dengan HbA1C di posisi normal dan GTT normal.
Gambar bagian yang kedua adalahn eksperimen saya siang tadi. Hal inipun ga saya rencanakan sebelumnya. Hanya gara-gara "kasih sayang istri" yang membuatkan menu makan ikan mujahir bakar BUMBU KECAP. Bagi saya yang sedang berproses membalikkan RESISTENSI INSULIN, makan makanan yang mengandung kecap merupakan PANTANGAN! Namun lebih pantang lagi jika menolak makanan yang telah dibuat dengan kasih sayang dan rasa cinta seorang istri... (gomballl...!!!)

Kronologisnya begini:
1. Cek GD Puasa setelah IF 16 jam, hasilnya 89
2. Makan menu low karbo, kecuali bagian ikan mujahir yang dibakar dengan bumbu kecap. Menu siang ini adalah sayur wortel, sawi, tahu, dan brokoli.
3. Cek GDS 1 jam setelah makan, hasilnya 160. Mengapa kok 1 jam setelah makan? Saya melihat dari kurva GTT acuan (yang saya singgung sebelumnya) bahwa tingkat GDS setelah makan mencapai puncaknya di kisaran 1 jam. Dan Alhamdulillah hasilnya < 200
4. Sekitar 1 jam 30 menit setelah makan, saya melakukan olah raga HIIT selama 7,5 menit. Jenis olah raga yang saya lakukan adalah: sit up dan push up. Masing-masing dengan interval 30 detik yang diselingi istirahat selama 15 detik.



Gambarannya seperti ini:
Push up (30 detik) -- istirahat (15 detik) -- Sit up (30 detik) -- istirahat (15 detik) -- dan seterusnya sd 7,5 menit. Untuk memudahkan ada aplikasi androidnya. Nah, sebelum melakukan HIIT tersebut saya sempat makan apel 1 butir (sekitar 170an gam) sebagai cemilan.
5. Cek GD setelah HIIT, pas 2 jam setelah makan. Hasilnya GD2JPP = 120. Alhamdulillah....
(Karena ada beberapa yang bertanya tentang HIIT itu apa? Sebaiknya cek video dari Om Ade Rai tentang perbedaan olah raga AEROB-UNAEROB-HIIT. Dibedakan, berarti ada perbedaan fungsi dan tujuan https://youtu.be/6VfcyhhC0z8) 

Kesimpulan sementara saya terkait HIIT:

"Dengan durasi singkat, olah raga HIIT dapat menurunkan kadar GD secara signifikan"

Mengapa saya selalu mengkampanyekan HIIT untuk treatment DM? Karena (terutama bagi yang merasa masih muda dan kuat) olah raga HIIT dilakukan dengan durasi singkat sehingga TIDAK ADA ALASAN untuk tidak melakukannya. Meskipun demikian, bagi yang suka olah raga dan memang punya waktu untuk melakukannya, olah raga kardio selama 30 menit juga sangat baik untuk orang DM.

Sementara itu cerita saya tentang DM hari ini. Semoga bermanfaat.